infowarkop.web.id Pendidikan vokasi di Indonesia kian menunjukkan taringnya. Tak hanya menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi juga mampu menciptakan inovasi dan produk bernilai ekonomi tinggi. Salah satu contohnya datang dari SMK Negeri 1 Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang baru-baru ini mencuri perhatian dalam Misi Dagang dan Investasi Jawa Timur–Nusa Tenggara Timur (Jatim–NTT).

Melalui program Teaching Factory (Tefa) Kopi, para siswa SMKN 1 Turen berhasil menjual habis 350 cup kopi racikan mereka hanya dalam waktu singkat. Antusiasme pengunjung terhadap produk mereka membuktikan bahwa pembelajaran vokasi tak kalah dari dunia industri profesional.


Kopi Buatan Siswa yang Bikin Pejabat Kagum

Dalam kegiatan tersebut, booth Tefa Kopi SMKN 1 Turen menjadi magnet bagi pengunjung. Aroma kopi segar yang diseduh langsung oleh tangan-tangan terampil para siswa menarik perhatian banyak pihak, termasuk pejabat dari dua provinsi.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang turut hadir tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Ia menilai keahlian para siswa sudah sekelas barista profesional. “Anak-anak ini luar biasa lihainya. Mereka dirancang untuk memahami dunia perkopian dari hulu ke hilir, mulai dari pemilihan biji, penyeduhan, hingga pelayanan pelanggan,” ujarnya penuh apresiasi.

Pujian juga datang dari Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Johanis Asadoma. Ia mengaku terkesan dengan rasa dan tampilan kopi yang disajikan oleh siswa SMKN 1 Turen. “Cita rasanya khas, aromanya kuat, dan penyajiannya profesional. Saya melihat mereka bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri,” katanya.

Menurutnya, keberhasilan ini bisa menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah vokasi di wilayah timur Indonesia untuk mengembangkan potensi serupa, terutama di sektor kopi dan industri kreatif.


Kolaborasi dan Inspirasi Antardaerah

Melihat potensi besar tersebut, Johanis Asadoma mengusulkan agar ke depan ada kerja sama antara sekolah vokasi di Jawa Timur dan NTT. Sinergi lintas daerah ini dinilai dapat memperluas kesempatan belajar sekaligus memperkuat ekonomi berbasis keterampilan.

Ia menambahkan, sektor kopi memiliki peran strategis dalam menciptakan peluang kerja baru, terutama bagi generasi muda. Dengan pelatihan yang tepat, siswa tidak hanya bisa bekerja di industri kafe, tetapi juga mampu membuka usaha sendiri. “Kalau kita kembangkan dengan serius, kopi bisa jadi ikon kerja sama ekonomi antardaerah,” ujarnya optimis.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aries Agung Paewai menyampaikan apresiasinya terhadap prestasi para siswa. Ia menilai keberhasilan ini merupakan wujud nyata dari pendidikan vokasi yang berdampak langsung pada masyarakat.

“Mereka bukan hanya belajar teori, tetapi benar-benar menghasilkan produk yang memiliki nilai jual. Ini bukti bahwa pendidikan vokasi Jawa Timur sudah berada di jalur yang tepat,” tegasnya.


Teaching Factory: Sinergi Antara Sekolah dan Dunia Industri

Program Teaching Factory atau Tefa menjadi kunci utama keberhasilan SMKN 1 Turen. Melalui sistem ini, siswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga terjun langsung ke dunia kerja yang sebenarnya. Mereka diajarkan untuk berpikir layaknya pelaku bisnis—dari mengelola bahan baku hingga memasarkan produk.

Dalam konteks Tefa Kopi, para siswa dilatih oleh mentor berpengalaman di bidang perkopian. Mereka memahami setiap tahap proses produksi, mulai dari roasting biji kopi, teknik penyeduhan manual brew, hingga manajemen pelayanan pelanggan.

Selain aspek teknis, para siswa juga didorong untuk memahami nilai ekonomi dan branding. Mereka belajar bagaimana menciptakan identitas produk yang kuat, memilih kemasan menarik, dan memasarkan produk melalui media digital. Pendekatan ini membuat Tefa Kopi tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga laboratorium bisnis nyata di lingkungan sekolah.


Bukti Nyata Kontribusi Pendidikan Vokasi

Keberhasilan SMKN 1 Turen dalam Misi Dagang Jatim–NTT menjadi contoh bagaimana sekolah vokasi bisa berperan aktif dalam penguatan ekonomi daerah. Produk mereka bukan hanya diminati karena rasa, tetapi juga karena cerita di balik proses pembelajarannya.

Aries Agung menegaskan, pendidikan vokasi harus terus diarahkan untuk mencetak lulusan yang siap kerja dan siap wirausaha. “Pendidikan yang ideal adalah yang bisa langsung memberikan manfaat ekonomi, baik bagi siswa maupun masyarakat sekitar,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa hasil karya siswa seperti Tefa Kopi membuktikan kemampuan generasi muda Indonesia dalam menciptakan produk berkualitas tanpa harus menunggu kesempatan dari luar negeri. “Anak-anak kita sudah mampu berdiri sejajar dengan profesional di industri,” tegasnya.


Misi Dagang sebagai Jembatan Ekonomi dan Edukasi

Misi Dagang dan Investasi antara Jawa Timur dan NTT menjadi wadah penting dalam memperkuat hubungan ekonomi antardaerah. Acara ini tak hanya fokus pada perdagangan barang dan jasa, tetapi juga memperkenalkan potensi sumber daya manusia dari sektor pendidikan.

Sejak pertama kali digelar, Misi Dagang Jatim–NTT selalu menampilkan berbagai produk unggulan daerah, dan tahun ini Tefa Kopi menjadi salah satu bintang utamanya. Program ini juga membuktikan bahwa dunia pendidikan bisa menjadi mitra strategis bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Selain memperluas jaringan bisnis, kegiatan semacam ini menjadi sarana pertukaran ide, inovasi, dan inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkreasi.


Penutup

Kesuksesan Tefa Kopi SMKN 1 Turen dalam ajang Misi Dagang Jatim–NTT menjadi bukti nyata bahwa pendidikan vokasi bukan sekadar jalur alternatif, melainkan masa depan industri Indonesia. Dengan pembelajaran yang terintegrasi, dukungan pemerintah, dan semangat siswa yang tinggi, produk lokal dapat memiliki daya saing global.

Kopi racikan tangan anak muda Turen bukan hanya minuman, tetapi simbol optimisme baru bagi dunia pendidikan dan perekonomian daerah. Jika setiap sekolah vokasi meniru semangat ini, bukan tidak mungkin Indonesia akan melahirkan lebih banyak inovator muda yang siap membawa nama bangsa ke kancah internasional.

Cek Juga Artikel Dari Platform lagupopuler.web.id

By mimin