Awal Mula Tren Kopi di Pekanbaru

Dalam beberapa tahun terakhir, budaya ngopi di Kota Pekanbaru mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Jalan Cut Nyak Dien, khususnya kawasan di belakang Kantor Gubernur Riau, kini dikenal sebagai salah satu pusat kuliner malam yang selalu ramai. Deretan gerobak kopi, kedai sederhana, hingga lapak kreatif berjajar setiap malam, menawarkan berbagai varian minuman kopi dengan harga yang ramah kantong.

Fenomena ini tidak hanya menarik minat masyarakat umum, tetapi juga menjadi magnet bagi kalangan mahasiswa dan anak muda. Kopi tak lagi sekadar minuman, melainkan ruang sosial untuk berbincang, bertukar ide, hingga melepas penat setelah aktivitas harian. Di tengah geliat inilah, muncul kisah inspiratif seorang mahasiswa hukum yang berani mengambil langkah berbeda.


Sosok Mahasiswa di Balik DA Coffee

Dika Ananda, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), adalah salah satu anak muda yang berhasil membaca peluang dari tren tersebut. Di usia yang relatif muda, Dika memilih untuk membangun usaha kopi bernama DA Coffee, sebuah lapak kopi yang kini mulai dikenal di kawasan Jalan Cut Nyak Dien, Pekanbaru.

Dika mengaku mulai terjun ke dunia bisnis kopi pada pertengahan tahun 2025. Keputusan tersebut tidak diambil secara impulsif, melainkan berangkat dari ketertarikannya pada dunia kopi serta minat kuat terhadap kewirausahaan.

“Awal mulanya saya memang suka kopi dan juga tertarik berbisnis. Kopi ini menurut saya tidak pernah ada matinya. Dari remaja sampai orang tua, semua bisa menikmati kopi,” ujar Dika saat ditemui, Rabu (17/12/2025).


Dari Hobi Menjadi Peluang Usaha

Bagi Dika, kopi bukan hanya sekadar minuman favorit, melainkan bagian dari gaya hidup. Kebiasaan nongkrong sambil ngopi membuatnya memahami karakter konsumen, mulai dari selera rasa, harga yang terjangkau, hingga suasana yang nyaman.

Ia melihat bahwa banyak orang datang ke lapak kopi bukan semata-mata untuk minum, tetapi untuk menikmati waktu santai. Dari situlah muncul ide untuk menghadirkan lapak kopi yang sederhana, namun ramah dan nyaman bagi semua kalangan.

“Sekarang orang cari tempat buat santai. Ngopi itu jadi alasan buat berhenti sejenak dari rutinitas,” jelasnya.

Bersama rekannya, Dika mulai merintis DA Coffee dengan modal terbatas. Ia menata konsep usaha secara bertahap, mulai dari pemilihan bahan baku, racikan minuman, hingga pelayanan kepada pelanggan.


Mandiri Secara Finansial Sejak Kuliah

Salah satu hal yang paling menginspirasi dari kisah Dika adalah tekadnya untuk mandiri tanpa membebani orang tua. Sebagai mahasiswa, ia menyadari bahwa biaya pendidikan dan kebutuhan hidup bukanlah hal yang ringan.

Dengan menjalankan usaha kopi, Dika mampu memenuhi sebagian kebutuhan pribadinya secara mandiri. Bahkan, ia mulai merasakan manfaat finansial yang cukup stabil dari bisnis yang dijalankannya.

“Tujuan utama saya bukan langsung besar, tapi bisa mandiri dulu. Tidak menyusahkan orang tua, itu yang paling penting,” ungkapnya.

Pendekatan ini membuat Dika lebih disiplin dalam mengatur waktu antara kuliah dan usaha. Ia membagi jadwal secara ketat agar kewajiban akademik tetap berjalan seiring dengan pengelolaan bisnis.


Tantangan Mengelola Usaha dan Akademik

Menjalani peran ganda sebagai mahasiswa hukum sekaligus pelaku usaha tentu bukan perkara mudah. Dika mengakui bahwa tantangan terbesar adalah manajemen waktu dan konsistensi.

Ada kalanya jadwal kuliah padat, sementara lapak kopi juga membutuhkan perhatian penuh. Namun, ia belajar untuk mengatur prioritas dan membangun sistem kerja bersama partner-nya agar usaha tetap berjalan meski ia sedang fokus pada akademik.

“Capek itu pasti, tapi semua ada prosesnya. Kalau kita serius, pasti bisa dijalani,” katanya.

Ia juga mengakui bahwa latar belakang pendidikan hukum justru membantunya memahami aspek tanggung jawab, komitmen, dan kedisiplinan dalam berusaha.


DA Coffee di Tengah Persaingan Ketat

Persaingan bisnis kopi di Pekanbaru, khususnya di kawasan Cut Nyak Dien, terbilang sangat ketat. Puluhan lapak kopi hadir dengan konsep dan keunikan masing-masing. Namun, Dika tidak melihat hal tersebut sebagai ancaman semata, melainkan motivasi untuk terus berkembang.

Menurutnya, kunci bertahan di tengah persaingan adalah konsistensi rasa, pelayanan yang ramah, serta kemampuan membangun hubungan dengan pelanggan.

“Kalau kita jujur, ramah, dan kualitas dijaga, pelanggan akan datang lagi,” ujarnya.

DA Coffee pun perlahan mulai memiliki pelanggan tetap, terutama dari kalangan mahasiswa dan pekerja muda yang sering menghabiskan malam di kawasan tersebut.


Inspirasi untuk Generasi Muda

Kisah Dika Ananda menjadi bukti bahwa mahasiswa tidak harus selalu bergantung pada orang tua atau menunggu lulus untuk memulai usaha. Dengan keberanian, perencanaan, dan kemauan belajar, peluang bisa diciptakan sejak dini.

Ia berharap pengalamannya dapat menginspirasi anak muda lain agar berani mencoba, meski memulai dari skala kecil.

“Jangan takut mulai. Bisnis itu bukan soal besar atau kecilnya, tapi soal konsistensi dan kemauan belajar,” tuturnya.


Menatap Masa Depan

Ke depan, Dika memiliki mimpi untuk mengembangkan DA Coffee menjadi usaha yang lebih profesional. Meski masih fokus menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum UMRI, ia tidak menutup kemungkinan untuk memperluas konsep usaha, baik dari sisi produk maupun jaringan.

Baginya, perjalanan ini bukan hanya tentang kopi, tetapi tentang proses belajar menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan berani mengambil peluang.

Kisah mahasiswa hukum yang menjadi bos kopi ini membuktikan bahwa semangat wirausaha dapat tumbuh di mana saja, bahkan dari bangku kuliah, selama ada niat, kerja keras, dan keberanian untuk melangkah.

Baca Juga : KBRI Kairo Resmikan Pabrik Kopi, Ekspor Indonesia Kian Kuat

Jangan Lewatkan Info Penting Dari : faktagosip

By mimin