infowarkop.web.id Awan tebal menggantung di langit Cianjur ketika kami tiba di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet. Tanah yang lembap dan udara yang sejuk menyelimuti perjalanan menuju Kedai Kopi Sarongge. Hujan deras turun tanpa jeda, seakan ingin menunjukkan karakter kaki Gunung Gede yang dikenal berudara basah dan dingin.
Di tengah cuaca itu, Kedai Kopi Sarongge berdiri hangat dengan pencahayaan kuning temaram yang memantul pada dinding kayunya. Dari kejauhan, aroma kopi yang baru digiling sudah sangat terasa. Suasana ini membuat langkah terasa lebih ringan, seperti ada undangan khusus untuk masuk dan menikmati secangkir kopi yang hangat.
Kedai ini berjarak sekitar empat belas kilometer dari pusat Kota Cianjur. Meski tidak terlalu jauh, perjalanan menuju Sarongge menghadirkan pengalaman berbeda. Jalan berkelok, kebun sayur, dan hamparan hijau hutan memberi kesan bahwa tempat ini bukan sekadar kedai kopi, tetapi bagian dari lanskap alam yang hidup.
Pertemuan Pecinta Kopi dari Berbagai Negara
Saat memasuki ruangan, kami melihat seorang pengunjung yang tampak mengamati proses penyeduhan kopi dengan serius. Ia adalah calon pembeli kopi skala besar dari Turki yang datang untuk melihat langsung kualitas kopi Sarongge. Minat yang tinggi dari negara tersebut menunjukkan bahwa kopi lokal Cianjur bukan sekadar produk lokal biasa, tetapi telah memiliki potensi besar untuk dipasarkan secara global.
Ia tampak menikmati setiap gerakan barista yang menyeduh kopi. Sesekali, ia mencatat sesuatu di ponselnya. Ada kesan bahwa pria itu tidak hanya ingin membeli kopi, tetapi memahami cerita di balik setiap tetes seduhan.
Proses Seduh Manual yang Penuh Ketelitian
Di balik meja seduh, seorang barista perempuan bernama Ai tengah bekerja. Tangannya bergerak pelan namun pasti. Ai menyeduh kopi arabika Sarongge menggunakan metode manual V60, salah satu teknik seduh yang sangat digemari pecinta kopi karena mampu menonjolkan karakter rasa secara detail.
Kopi yang digunakan adalah hasil proses honey, metode di mana biji kopi dikeringkan dengan sisa lendir buah yang masih menempel. Metode ini dikenal mampu menghasilkan rasa yang lebih manis, lembut, dan beraroma kompleks. Ai menjelaskan dengan sabar mengenai karakter kopi Sarongge yang memiliki keasaman lembut dan aroma floral khas dataran tinggi.
Air panas yang dituangkan perlahan ke atas bubuk kopi menghasilkan aroma harum yang langsung memenuhi ruangan. Pada saat yang sama, hujan kembali mengguyur atap kedai dengan suara ritmis. Rasa hangat dari uap kopi berpadu dengan suhu dingin luar ruangan menciptakan suasana yang sempurna bagi siapa pun yang mencintai kopi.
Cerita Kopi dari Tanah Sarongge
Kopi Sarongge tidak hanya terkenal karena rasanya, tetapi juga karena kisah petaninya. Desa Ciputri dan kawasan Sarongge dikenal sebagai daerah yang dulunya mengalami alih fungsi lahan. Kini, banyak warga yang kembali bertani kopi dengan metode yang lebih ramah lingkungan.
Kopi-kopi yang disediakan di kedai ini berasal dari perkebunan kecil yang dikelola petani lokal. Proses penanaman, panen, hingga pascapanen dilakukan secara teliti. Setiap biji kopi yang masuk ke kedai sudah melalui proses seleksi yang ketat. Tidak heran jika kopi Sarongge mulai dilirik pasar internasional.
Ai menjelaskan bahwa banyak pengunjung datang untuk mengetahui langsung bagaimana kopi Sarongge diproduksi. Beberapa bahkan menginap di homestay sekitar untuk mengikuti tur kebun kopi dan melihat proses dari hulu ke hilir. Kapasitas produksi memang belum sebesar daerah lain, tetapi kualitasnya diakui semakin meningkat setiap tahun.
Suasana Kedai yang Memeluk Pengunjung
Kedai Kopi Sarongge memiliki nuansa hangat yang cocok dinikmati saat hujan. Desainnya sederhana namun memiliki karakter kuat. Meja kayu, kursi rotan, dan dinding kaca yang menghadap ke kebun membuat pengunjung merasa dekat dengan alam. Saat kopi disajikan, suara hujan yang mengetuk atap terdengar seperti orkestra alami.
Beberapa pengunjung tampak membuka laptop sambil menikmati secangkir kopi. Ada juga yang sekadar memotret pemandangan, lalu menikmati suasana tanpa banyak bicara. Kedai ini menjadi tempat melambatkan waktu, melepaskan penat, dan merayakan kesederhanaan hidup.
Calon pembeli kopi dari Turki tampak puas dengan penyeduhan yang dilakukan Ai. Ia mengatakan bahwa rasa kopi Sarongge berbeda dengan kopi dari negara lain. Ada karakter lembut namun tetap memiliki body yang kuat. Ia pun menyatakan ketertarikan untuk bekerja sama dalam pengadaan kopi skala besar.
Kopi, Alam, dan Cerita yang Menghangatkan
Setiap kunjungan ke Kedai Kopi Sarongge menghadirkan pengalaman berbeda. Hujan, kabut, dan aroma tanah basah berpadu dengan kehangatan seduhan arabika. Ai, dengan keterampilannya, menyajikan kopi yang tidak hanya enak di lidah, tetapi juga memberi pengalaman rasa yang kaya.
Sarongge menjadi bukti bahwa kopi bukan sekadar minuman. Ia adalah cerita, perjalanan, dan karya bersama dari petani, barista, hingga para penikmat kopi. Keindahan alam Gunung Gede hanya memperkuat pengalaman itu.
Penutup
Hangatnya seduhan kopi Sarongge di tengah hujan adalah pengingat bahwa keindahan tidak selalu datang dari kemewahan. Kadang, ia hadir dari secangkir kopi yang dibuat dengan penuh kesungguhan, di tempat yang sederhana, di antara suara hujan dan kesejukan alam.
Kedai Kopi Sarongge bukan hanya destinasi, tetapi ruang untuk menikmati hidup dengan ritme yang lebih pelan—sebuah pelarian kecil di kaki Gunung Gede yang selalu menenangkan.

Cek Juga Artikel Dari Platform festajunina.site
