Festival Kuliner Khas Osing Tampil Megah di Desa Banjar

infowarkop.web.id – Banyuwangi kembali menunjukkan pesonanya sebagai destinasi wisata yang lengkap, bukan hanya soal panorama alam, tetapi juga lewat kekayaan kulinernya. Sabtu (6/9/2025), Desa Banjar, Kecamatan Glagah, menjadi pusat perhatian dengan digelarnya Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek, dua kuliner khas Suku Osing yang memiliki nilai budaya sekaligus cita rasa otentik.

Acara yang masuk dalam rangkaian Banyuwangi Festival 2025 ini berlangsung meriah, dihadiri ratusan warga lokal hingga wisatawan mancanegara. Festival dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, yang menekankan pentingnya melestarikan kuliner tradisional sekaligus menjadikannya sebagai daya tarik pariwisata.

Filosofi Sego Lemeng: Bekal Perjuangan dari Masa Lalu

Sego lemeng bukanlah sekadar nasi biasa. Makanan ini memiliki nilai historis yang kuat. Konon, sego lemeng menjadi bekal para gerilyawan saat bersembunyi di hutan untuk melawan penjajah Belanda. Dibungkus daun pisang, berisi cacahan ayam atau ikan asin, lalu dimasukkan ke dalam bilah bambu untuk dibakar, sego lemeng mampu bertahan lama sekaligus memberikan energi.

Paduan aroma daun pisang, asap bambu, dan bumbu gurih menghasilkan cita rasa unik yang tidak dapat ditemukan pada nasi biasa. Inilah yang menjadikan sego lemeng berbeda dan diminati pengunjung festival.

Kopi Uthek: Nikmat dengan Gula Aren

Tak kalah unik, kopi uthek hadir dengan cara penyajian khas. Alih-alih menggunakan gula putih, pemanisnya berasal dari potongan gula aren. Cara menikmatinya pun istimewa: gula aren digigit bersamaan saat menyeruput kopi panas. Rasa manis yang perlahan larut di mulut berpadu sempurna dengan pahitnya kopi, menciptakan sensasi berbeda.

Stefano, wisatawan asal Italia yang hadir, mengaku kagum dengan pengalaman ini. “Saya sudah mencoba kopi di banyak negara, tapi kopi uthek terasa sangat otentik. Rasanya sederhana, tetapi meninggalkan kesan mendalam,” ujarnya.

Meriah dengan Pertunjukan Seni Tradisional

Festival tidak hanya menyajikan kuliner, tetapi juga diiringi beragam pertunjukan seni. Mulai dari tarian tradisional Banyuwangi, hadrah, hingga musik gamelan tampil menghentak dan memikat wisatawan. Suasana malam itu terasa hangat, penuh tawa, dan keceriaan.

Stefano menambahkan, “Saya sangat beruntung bisa hadir. Bukan hanya kulinernya yang lezat, tetapi juga suasana budaya yang ramah. Musik dan tariannya sangat indah, ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.”

Desa Banjar, Surga Wisata di Kaki Gunung Ijen

Lokasi penyelenggaraan festival, Desa Banjar, memang dikenal sebagai salah satu kawasan wisata dengan panorama memukau. Terletak di kaki Gunung Ijen, desa ini dikelilingi hamparan sawah hijau serta pemandangan gunung yang menawan. Potensi alam inilah yang semakin menguatkan citra Desa Banjar sebagai destinasi wisata terpadu.

Pemerintah daerah berkomitmen menjadikan festival semacam ini sebagai agenda rutin yang tak hanya melestarikan kuliner, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal. Dengan menghadirkan wisatawan lokal hingga mancanegara, diharapkan produk-produk unggulan desa dan UMKM setempat turut terangkat.

Warisan Kuliner yang Harus Dilestarikan

Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek Banyuwangi 2025 menjadi bukti nyata bahwa kuliner tradisional bukan hanya soal makanan, melainkan juga identitas budaya yang patut dijaga. Sego lemeng dengan filosofi perjuangan dan kopi uthek dengan cara penyajian uniknya adalah contoh warisan leluhur yang perlu terus dikenalkan pada generasi muda.

Dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan wisatawan, Banyuwangi semakin percaya diri menghadirkan pariwisata berbasis budaya. Kuliner, seni, dan panorama alam disatukan dalam satu paket pengalaman yang membuat siapa pun terkesan.

Cek juga artikel paling top di updatecepat.web.id

By mimin