Java Coffee Bondowoso, Warisan Ekspor Sejak Zaman VOC yang Terus Mendunia
infowarkop.web.id – Kabupaten Bondowoso kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu pusat kopi terbaik dunia. Dari lereng Ijen, lahirlah kopi legendaris yang sejak zaman VOC telah diekspor ke Eropa dan Amerika dengan nama Java Coffee. Tak hanya sekadar komoditas, kopi Bondowoso adalah bagian dari sejarah perdagangan global sekaligus identitas budaya masyarakat setempat.
Akar Sejarah Panjang Kopi Ijen
Menurut Andi Wijaya, Ketua Poktan Java Ijen Coffee, jejak kopi Bondowoso sudah mendunia sejak ratusan tahun lalu.
“Sejak era VOC, kopi Ijen sudah masuk ke pasar Eropa dan Amerika melalui PTPN XI. Saat itu dunia mengenalnya dengan sebutan Java Coffee,” jelas Andi.
Sejarah panjang inilah yang membuat kopi Ijen memiliki nilai tambah, bukan hanya dari segi rasa, tetapi juga dari sisi cerita yang menyertainya. Setiap cangkir kopi seolah membawa nostalgia perdagangan global masa lalu.
Program Klaster Kopi yang Perkuat Petani
Andi juga menjelaskan bahwa sejak 2010, pemerintah bersama berbagai lembaga mulai menjalankan program klaster kopi. Langkah ini memperkuat posisi petani karena mereka mendapat dukungan penuh dari lembaga riset, Bank Indonesia, hingga eksportir besar seperti PT Indocom.
Dengan kolaborasi ini, para petani tidak hanya lebih tangguh dalam produksi, tapi juga semakin siap memenuhi standar internasional.
Sertifikasi Organik Eropa dan Amerika
Tahun 2021 menjadi momentum penting. Poktan Java Ijen Coffee resmi mengantongi sertifikat organik standar Eropa dan Amerika. Sertifikasi ini membuka peluang ekspor lebih luas karena produk mereka diakui memenuhi standar mutu internasional.
“Kami bisa mengirim 2–3 kontainer per tahun, masing-masing 19,2 ton. Nilainya lebih dari Rp2 miliar per kontainer karena kopi kami masuk kategori specialty grade,” ujar Andi.
Dengan kualitas premium, Java Coffee Bondowoso kini bersaing dengan kopi terbaik dunia, sekaligus memperkuat brand Indonesia di pasar global.
Kopi sebagai Identitas Budaya dan Ekonomi
Bupati Bondowoso, Abdul Hamid Wahid, menegaskan bahwa kopi Arabika Java Ijen Raung dan Sang Hyang Argopuro kini menjadi lebih dari sekadar komoditas.
“Kopi ini adalah identitas budaya sekaligus kekuatan ekonomi masyarakat Bondowoso,” katanya.
Melalui berbagai festival kopi dan tembakau, pemerintah daerah berupaya memperkuat kolaborasi antar pelaku usaha, meningkatkan daya saing, serta memperluas pasar ekspor.
Capaian Ekspor dan Kontrak Dagang
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bondowoso mencatat kontrak dagang yang ditandatangani pada Festival Kopi Nusantara (FKN) 8 tahun ini mencapai 60 ton dengan nilai Rp7,8 miliar.
Tak hanya itu, kopi Bondowoso juga berhasil diekspor ke enam negara dengan total 24,4 ton. Dari jumlah tersebut, Turki menjadi pasar terbesar dengan serapan mencapai 18 ton. Data ini membuktikan bahwa permintaan internasional terhadap Java Coffee terus meningkat.
Ikon Kopi yang Tak Lekang oleh Zaman
Dengan kombinasi antara sejarah panjang, sertifikasi organik, dan kualitas specialty grade, Java Coffee Bondowoso tetap relevan hingga kini. Dari zaman VOC hingga era modern, kopi ini menjadi simbol warisan budaya yang berhasil bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi global.
Setiap tegukan Java Coffee bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang perjalanan panjang kopi Nusantara yang terus mendunia. Bondowoso pun kian kokoh sebagai ikon kopi kelas dunia, yang namanya tak pernah pudar dari peta perdagangan internasional.
Cek juga artikel paling baru dan paling top di kalbarnews.web.id
