infowarkop.web.id Di tengah maraknya inovasi minuman kekinian, sebuah museum bertema serangga di Beijing justru membuat gebrakan yang jauh lebih ekstrem. Museum tersebut merilis menu kopi yang tidak biasa: kopi dengan taburan bubuk kecoak dan campuran cacing tepung kering. Minuman unik ini langsung menjadi viral dan mendapatkan perhatian publik di berbagai platform media sosial.
Kopi tersebut dijual seharga 45 yuan, atau kurang lebih Rp105 ribu per cangkir. Harga yang cukup tinggi untuk minuman berbasis serangga, namun justru hal inilah yang menarik rasa penasaran banyak pengunjung. Sebagian datang karena rasa ingin tahu, sebagian lagi sekadar ingin merasakan sensasi meneguk minuman yang dianggap “uji nyali”.
Konsep Museum yang Mendukung Inovasi Nyeleneh
Museum serangga tempat kopi ini dijual memang dikenal sebagai tempat edukasi yang menghadirkan berbagai informasi unik mengenai dunia serangga. Mereka tak hanya memamerkan koleksi serangga, tetapi juga memperkenalkan potensi serangga sebagai sumber makanan alternatif masa depan.
Dengan konsep edukasi tersebut, museum mencoba memperkenalkan kopi kecoak sebagai bagian dari kampanye keberlanjutan pangan. Banyak serangga, seperti jangkrik dan mealworm (cacing tepung), telah lama diakui memiliki nilai gizi tinggi dan lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber protein hewani tradisional. Dari sudut pandang nutrisi dan lingkungan, eksperimen kuliner berbahan serangga menjadi sesuatu yang relevan untuk diperkenalkan.
Bahan-Bahan yang Dianggap Aman, Meski Mengejutkan
Pihak museum menegaskan bahwa serangga yang digunakan sudah diolah sedemikian rupa untuk memastikan kehigienisan dan keamanan konsumsi. Bubuk kecoak yang digunakan bukan dari kecoak rumah yang kotor, melainkan dari kecoak budidaya khusus yang dikeringkan dan diproses hingga layak makan.
Selain kecoak bubuk, beberapa varian kopi juga diberi topping cacing tepung kering. Kedua serangga ini dikenal kaya protein, rendah lemak, dan mengandung nutrisi lain seperti zat besi serta asam amino penting. Walaupun terdengar ekstrem, makanan berbahan serangga sebenarnya sudah lama dikonsumsi di banyak negara sebagai alternatif protein.
Namun tetap saja, bagi banyak pengunjung dari negara-negara yang tidak terbiasa mengonsumsi serangga, kombinasi kopi dan kecoak terdengar sangat menantang.
Rasa Kopi Kecoak Menurut Pengunjung
Sejumlah pengunjung yang mencoba minuman ini membagikan pengalamannya di media sosial. Banyak yang mengaku takut pada awalnya, tetapi rasa penasaran mendorong mereka untuk tetap mencobanya. Beberapa mengatakan rasa kopi sebenarnya tetap dominan, sementara bubuk kecoak memberikan aroma gurih atau nutty yang cukup halus.
Ada pula pengunjung yang menyebut bahwa bubuk serangga itu memberikan sensasi mirip cokelat pahit atau kacang sangrai. Bagi yang tidak tahu komposisinya, rasa kopi sama sekali tidak terasa aneh atau mengganggu. Namun tentu saja, efek sugesti membuat sebagian orang merasa canggung bahkan sebelum meneguknya.
Pengalaman lainnya datang dari pengunjung yang mencoba versi kopi dengan cacing tepung utuh sebagai topping. Mereka menyebut tekstur renyah cacing justru memberikan sensasi menarik yang mirip snack gurih. Meski begitu, tetap ada pengunjung yang mengaku tidak sanggup memakannya karena merasa jijik secara psikologis.
Alasan di Balik Eksperimen Kuliner Serangga
Menu nyeleneh ini bukan hanya untuk mencari sensasi. Museum menjelaskan bahwa minuman tersebut dirancang untuk memperkenalkan potensi serangga sebagai pangan masa depan, terutama di tengah meningkatnya isu ketahanan pangan dunia. Serangga membutuhkan lahan jauh lebih kecil, air lebih sedikit, serta menghasilkan emisi karbon yang sangat rendah dibandingkan daging sapi atau ayam.
Selain itu, serangga memiliki efisiensi konversi pakan yang tinggi. Artinya, mereka membutuhkan lebih sedikit makanan untuk menghasilkan jumlah protein yang setara dengan hewan ternak lain. Dengan dunia yang semakin padat penduduk dan sumber daya alam semakin terbatas, serangga diprediksi akan memegang peran penting sebagai sumber protein alternatif.
Kopi kecoak menjadi semacam jembatan untuk memperkenalkan dunia serangga dalam format yang lebih modern dan kekinian.
Reaksi Publik: Antara Penasaran dan Tidak Percaya
Minuman ini menuai reaksi beragam dari masyarakat. Sebagian netizen menganggapnya sebagai inovasi gila tapi menarik. Banyak yang ingin mencobanya, terutama kalangan muda yang menyukai tantangan dan tren viral. Di sisi lain, ada pula yang tidak percaya bahwa seseorang mau membayar mahal untuk kopi yang ditaburi bubuk kecoak.
Perdebatan pun muncul mengenai apakah eksperimen kuliner seperti ini dapat diterima secara luas atau hanya berlaku di tempat-tempat tertentu yang memang terbiasa menggunakan serangga sebagai bahan makanan. Meski demikian, keberadaan minuman unik ini berhasil menarik pengunjung dan meningkatkan eksposur museum secara signifikan.
Kopi Kecoak, Tren Kuliner Masa Depan?
Dengan meningkatnya pembicaraan mengenai keberlanjutan dan sumber makanan alternatif, inovasi seperti kopi kecoak mungkin menjadi bagian dari perubahan pola konsumsi di masa depan. Walaupun saat ini masih dianggap ekstrem, tidak menutup kemungkinan bahwa makanan berbahan serangga akan semakin umum beberapa tahun mendatang.
Museum serangga di Beijing ini telah memberikan contoh bagaimana inovasi bisa memadukan edukasi dengan kuliner untuk membuka wawasan pengunjung. Entah kopi kecoak akan menjadi tren besar atau hanya fenomena viral sesaat, keberadaannya menunjukkan bahwa dunia kuliner selalu berkembang di luar batas yang kita bayangkan.

Cek Juga Artikel Dari Platform mabar.online
